Nama: Ulfa Nabeela
Kelas: 1SA03
Dosen Pembimbing: Hawasi
Link untuk Soft Skiill #2
>>> http://sayanabeela.blogspot.com/2013/01/130112-soft-skill-2.html
(KEPARIWISATAAN)
Kebun Raya Bogor
Saya dan beberapa teman sekelas yang dekat, merencanakan sebuah perjalanan sederhana. Semua membagi tugas untuk menyiapakan tiap-tiap hal yang diperlukan untuk perjalanan tersebut. Kebun Raya Bogor adalah kesepakatan semua, dan akhirnya pada tanggal 8 Maret lalu, kami berhasil memijakkan kaki di kebun botani besar yang terletak di Kota Bogor itu.
Setelah kelima orang berkumpul di tempat janjian, kami melangkah ke Stasiun Kereta Pondok Cina yang bisa dicapai dengan sedikit berjalan ke arah belakang Kampus D Universitas Gunadarma. Ada satu teman yang terlambat datang, jadi, kami berangkat dari Depok lebih lambat 1 jam dari waktu yang direncanakan. Tapi itu tidak mengurangi semangat kami untuk mengunjungi kebun yang luasnya mencapai 87 hektare itu. Langit sangat cerah dan bersih. Perjalanan menyenangkan pun siap dimulai~
Tepat jam 11 pagi, kami menaiki kereta gerbong khusus wanita yang menuju ke Bogor, hanya dengan karcis penumpang dewasa seharga 9.000 Rupiah perorang. Perjalanan itu menghabiskan waktu di atas 30 menit dan di bawah 1 jam. Setelah memotret teman-teman saya ini, saya sempat tertidur karena sudah lama tidak naik kereta, sehingga perjalanan yang sebenarnya tidak terlalu jauh jadi terasa jauh dan memanggil kantuk.
Sesampainya di Stasiun Bogor, kami segera mencari Angkutan Umum 02 dengan jalur Sukasari~Bubulak. Semakin mendekati kebun yang memiliki 15.000. jenis pohon dan tumbuhan, semakin bersemangat pula kami.
Tapi
saking bersemangatnya, baru sampai di depan gerbang saja sudah lelah.
Akhirnya harus mencari sumber pembaharuan tenaga; Air Mineral. Meminumnya beberapa tegak, lalu masuk untuk membeli karcis harga orang dewasa sebesar 14.000 Rupiah. Ada tawaran mengelilingi kebun dengan Park Car, tapi kami memilih untuk jalan kaki saja, karena dengan begitu segala sudut tempat wisata ini bisa lebih diteliti.
Beruntung sekali hari itu hari Jum'at. Karena petugas di lokasi mengatakan, hari Sabtu atau Minggu akan terlalu padat. Tentu tak kan nyaman untuk yang mau suasana santai. Perjalanan itu harus dinikmati dan tidak perlu tergesa-gesa. Resapi setiap keindahan yang ada, sampai akar-akarnya.
Kami berjalan mengikuti setapak-setapak lebar, dan sesekali menemui turis Timur yang sedang berkunjung seperti halnya kami. Kadang salah satu diantara gerombolan turis tersenyum pada kami, dan teman-teman saya menyapa mereka. Kadang menggunakan bahasa Inggris, dan kadang juga hanya gestur tubuh sambil tertawa geli sendiri. Puas bertukar sapa, langkah berikutnya mengantarkan kami pada sebuah jembatan di atas sungai kecil yang surut.
Dan tak jauh dari sana ada sebuah taman luas yang lapang, dengan setapak bata merah. Di tengah-tengah jalan panjang tersebut ada sebuah tugu kecil.
Baru jalan sebentar, kami sudah lelah. Ah, tidak. Sebenarnya bukan lelah, tapi lapar. Lelah tak kan terasa dalam situasi penuh intusias seperti itu, tapi tampaknya perut terlalu jurur. Akhirnya kami memutuskan untuk istirahat sebentar di kursi panjang yang menghadap sebuah danau.
Kebun Raya Bogor awalnya merupakan bagian dari Samida (Hutan Buata / Taman Buatan) yang sudah ada sejak pemerintahan Sri Baduga Maharaja dari Kerajaan Sunda, sesuai apa yang tertulis pada Batutulis. Pada awal tahun 1800-an, Gubernur Jendral Thomas Stamford Raffles, yang mendiami Istana Bogor, mengembangkan halaman Istana menjadi kebun cantik bergaya Inggris Klasik.
Dekat dari tempat kami duduk untuk mengisi perut, sudah terlihat Istana Bogor di kejauhan. Terlihat juga rombongan turis Barat yang sibuk mengambil jepretan panorama tersebut dengan kamera-kameranya. Setelah menghabiskan makan, kami mendekati Istana Bogor yang dengan titik kami berdiri terpisahkan oleh danau yang sama. Berkat itu, hasil jepretan saya pun tidak terlalu jelas, tapi bisa dilihat di kejauhan sana ada barisan-barisan pemuda yang sedang berbaris rapi menyebrangi pekarangan Istana.
Saya ingin melihat semua detil Istana dari jarak yang lebih dekat, tapi Istana Bogor tidak dibuka untuk umum, sehingga kami harus cukup puas dengan sudut pandang sedekat ini. Karena matahari mulai tinggi, kami pun melanjutkan langkah ke sebuah jalanan dengan pohon-pohon rimbun di sisinya.
Tepat pada tikungan putar balik, ada Pemakaman Belanda, dimana turis-turis Barat tadi sudah bergerombol di sana lebih dulu dari kami. Sayangnya kami tidak ikut ke Pemakaman tersebut, karena berada jauh di dalam lingkaran pohon-pohon. Dari celah kecil yang tersisa, kira-kira bisa dilihat dari foto di bawah. Itu saja sudah hasil pembesaran skala lensa. Kenyatannya masih jauh ke dalam lagi.
Seberhasilnya melewati tikungan putar balik barusan, kami sampai pada pusat-pusa keilmuan yang dekat dengan pintu keluar Kebun Raya Bogor, diantaranya adalah Herbarium Bogoriense, Museum Zoologi Bogor, dan PUSTAKA. Kami hanya masuk untuk melihat cindera mata. Dengan pengamatan kilat, tidak sampai benar-benar menghabiskan sepuluh menit.
Karena tahuperjalanan pulang akan memakan waktu juga, kami memutuskan untuk cepat-cepat keluar. Tentu sebelum semua itu, kami menyempatkan berfoto di Peta Infomasi Umum. Semua tempat yang kami kunjungi terpampang dalam gambaran yang sederhana tapi jelas.
The End
SOURCES:
- http://sayanabeela.blogspot.com/
- http://bogorbotanicgardens.org/
Pictures: ♚Ul.Na.♚╰(ºvº)╮ ♪ (@UlfaNabeela)